TUGAS FITOGEOGRAFI POHON C – HUTAN MANGROVE

Nama   : Nur Izza Yulia Sabarati

NIM    : 16/398352/KT/08347

Dosen : Atus Syahbudin

HUTAN MANGROVE

ekositem-hutan-mangrove

Sumber: http://www.ebiologi.com/2015/06/ekosistem-hutan-mangrove-ciri-fungsi.html

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat pada daerah pantai yang tenang, tidak terjadi ombak air laut yang besar.

Tempat tumbuh hutan mangrove ini selalu tergenang oleh air laut, sehingga bentuk pantainya landai.

Ciri-ciri ekosistem mangrove yang paling khas antara lain:

  1. Jenis tumbuhan yang hidup relatif sangat terbatas.
  2. Akar pepohonan terbilang unik karena berbentuk layaknya jangkar yang melengkung.
  3. Terdapat biji atau propagul dengan sifat vivipar atau mampu melakukan proses perkecambahan pada kulit pohon.
  4. Tanah hutan mangrove tergenang secara berkala.
  5. Ekosistem mangrove juga mendapat aliran air tawar dari daratan.
  6. Terlindung dari gelombang besar serta arus pasang surut laut.
  7. Air di wilayah hutan mangrove berasa payau.

Sifat khusus dari jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di hutan mangrove:

  • Bijinya mempunyai hipokotil yang panjang, sehingga bijinya tidak mudah terhempas oleh gerakan air laut.
  • Akar keluar dari batang di atas tanah ± 20 -30 cm arah horizontal, selanjutnya belok masuk ke dalam tanah.

Komposisi jenis dipengaruhi oleh kadar garam (salinitas) dan kondisi tanah.

Contoh vegetasi          :

  1. Jenis bakau (Rhizophora)

 bakau

Sumber : http://tegardanserentak.blogspot.co.id/2011/06/rhizophora-r-mucronata-r-stylosa-dan-r.html

Rhizophora merupakan mangrove sejati yang berada pada zona terluar yang batang atau akarnya tergenang oleh air laut. Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang(Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain.

Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5–2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau.

Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7–23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.

Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.

Buah bakau, perhatikan hipokotilnya yang berwarna hijau memanjang.

Buah berbentuk telur memanjang sampai mirip buah pir yang kecil, hijau coklat kotor. Hipokotil tumbuh memanjang, silindris, hijau, kasar atau agak halus berbintil-bintil.

Kayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan terutama sebagai bahan pembuat arang. Kulit kayu menghasilkan tanin yang digunakan sebagai bahan penyamak.

Sebagai kayu bakar, secara tradisional masyarakat biasa memakai jenis Xylocarpus (Nirih atau Nyirih). Sedangkan untuk bahan baku pembuat arang biasa dipakai Rhizophora sp., sedangkan penggunaan kulit kayu bakau untuk diambil tanninnya, hampir-hampir tidak terdengar lagi.

Satu lagi kegunaan kayu bakau, adalah untuk bahan kertas. Kayu bakau biasa dicincang dengan mesin potong menghasilkan serpihan kayu / wood chips. Menurut berita, jenis kertas yang dibuat dari kayu bakau adalah termasuk kertas kualitas tinggi.

Kegunaan dari hutan bakau yang paling besar adalah sebagai penyeimbang ekologis dan sumber (langsung atau tidak langsung) pendapatan masyarakat pesisir, di mana peran pemerintah untuk pengaturannya masih sangat minim.

(Referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Bakau)

  1. Api-apian (Avicenia)

api-api

Sumber: http://www.alhadeeqa.com/vb/gardens/g8053/

Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Avicennia, suku Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat lautsebagai bagian dari komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang pakar dan perintis kedokteran modern dari Persia.

Sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram. Di antaranya:

  • Akar napas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya.
  • Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut.
  • Biji api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih melekat di rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu terjatuh atau tersangkut di lumpur.

Nama lain api-api di pelbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah mangi-mangi, sia-sia, boak, koak, marahu, pejapi, papi, nyapidan lain-lain.

Pohon kecil atau besar, tinggi hingga 30 m, dengan tajuk yang agak renggang. Dengan akar napas (pneumatophores) yang muncul 10-30 cm dari substrat, serupa paku serupa jari rapat-rapat, diameter lk. 0,5–1 cm dekat ujungnya. Pepagan (kulit batang) halus keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi tulang.

Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin; pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas.

Perbungaan dalam karangan bertangkai panjang bentuk payung, malai atau bulir, terletak di ujung tangkai atau di ketiak daun dekat ujung. Bunga-bunga duduk (sessile), membulat ketika kuncup, berukuran kecil antara 0,3-1,3 cm, berkelamin dua, kelopak 5 helai, mahkota kebanyakan 4 (jarang 5 atau 6) helai, kebanyakan kuning atau jingga kekuningan dengan bau samar-samar, benang sari kebanyakan 4, terletak berseling dengan mahkota bunga. Buah berupa kapsul yang memecah (dehiscent) menjadi dua, 1–4 cm panjangnya, hijau abu-abu, berbulu halus di luarnya; vivipar, bijinya tumbuh selagi buah masih di pohon.

Api-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi.

Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon-pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus (bersemi kembali), sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak.

Akar napas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur serta pelbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan teritip.

(Referensi: https://id.wikipedia.org/wiki/Api-api)

3. Bruguiera

Minolta DSC
Sumber:

http://www.biodiversitywarriors.org/lindur-mangrove-tancang-bruguiera-gymnorrhiza.html

Bruguiera adalah nama marga tetumbuhan yang termasuk ke dalam suku Rhizophoraceae. Ini adalah marga kecil yang beranggotakan enam spesies pepohonan mangrove di wilayah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat; mulai dari pantai Afrika Timur dan Madagaskar, menyusuri pesisir India, Sri Lanka dan wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara, Melanesia dan Polinesia. Beberapa jenisnya dikenal dengan nama-nama lokal seperti berus, kendeka, putut, tumu atau tongke.

Marga ini dicirikan oleh kelopak bunga yang memiliki 8-16 taju runcing memanjang, 16-32 benang sari, pelepasan serbuk sari secara eksplosif, dan buah yang berkecambah ketika masih di pohon (propagul). Nama marga ini diberikan untuk menghormati Jean Guillaume Bruguière (1750–1798), seorang penjelajah dan biologiwan bangsa Perancis.

(Referensi: https://id.wikipedia.org/wiki/Bruguiera)

4. Sonneratia

sonneratia

Sumber: http://konservasi-laut.blogspot.co.id/2011/08/mangrove-sonneratia-alba.html

Sonneratia alba adalah salah satu jenis pohon yang hidup di hutan mangrove. Jenis yang merupakan famili dari Sonneratiaceae ini memiliki nama daerah antara lain pedada, perepat, pidada, bogem, bidada, posi – posi, wahat, putih, berapak, bangka, susup, kedada, muntu, pupat dan mange – mange. Namun masyarakat di sekitar Taman Nasional Baluran mengenalnya dengan sebutan Pedada.

Klasifikasi :

Divisi     :Magnoliophyta

Kelas     :Magnoliopsida

Bangsa  :Magnoliales

Suku      :Sonneratiaceae

Marga   :Sonneratia

Jenis         :Sonneratia alba

Ciri-cirinya :

  • Pohonnya selalu hijau.
  • Kulit kayunya berwarna putih tua hingga coklat.
  • Tangkai bunga pohon ini tumpul dengan panjang 1 cm.
  • Daun mahkota warnanya putih, mudah rontok.

5. Ceriops

ceriops

Sumber: http://amap-collaboratif.cirad.fr/pages_logiciels/Mangrove_web/especes/c/cerde/cerde_01.html

Tengar adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Ceriops, suku Rhizophoraceae. Dari segi penampilan, tengar mirip dengan bakau, meski umumnya lebih kecil. Tumbuhan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti tangar, tengal, tengah, tingi, palun, parun, bido-bidodan lain-lain.

Di Indonesia dikenal dua spesiesnya. Yakni Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob. (kadang-kadang disebut Ceriops candolleana W.& A.), dan C. decandra (Griff.) Ding Hou yang lebih kecil.

Pohon kecil atau perdu, dengan tinggi 10 – 15 m atau kurang (C. tagal dapat mencapai 25 m). Batang menggembung di bagian pangkal, sering dengan akar tunjang yang kecil.

Daun tunggal, bulat telur terbalik, dengan ujung tumpul atau berlekuk, mengkilap seperti kulit, terletak berhadapan, maks 4 × 10 cm. Daun penumpu kecil, 1,5 – 2,5 cm, lekas gugur, meninggalkan bekas serupa cincin.

Bunga duduk atau bertangkai pendek, dalam payung tambahan yang bertangkai, 2-4 kuntum sekelompok (C. decandra) atau 5-10 (3-9) kuntum sekelompok pada C. tagal. Bunga berbilangan 5, dengan kelopak kehijauan dan daun mahkota putih, kecoklatan bila tua. Tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek (C. decandra) atau lebih panjang dari kepala sari (C. tagal). Berbunga sepanjang tahun.

Buah kecil, bentuk telur hingga mengerucut, kecoklatan, s/d 2 cm. Taju kelopak buah melengkung ke belakang. Hipokotil silindris, berkulit halus, berbintil, agak menggelembung di ujung, sekitar 15 cm (C. decandra) dan dapat mencapai 25 cm (C. tagal). Leher kotiledon berwarna merah tua (C. decandra) atau kuning (C. tagal) jika tua.

Tengar menghasilkan kayu yang kuat dan awet, paling kuat dari antara kayu hutan bakau lainnya. Kayu ini kerap digunakan dalam konstruksi bangunan, bantalan rel kereta api, gagang peralatan dan lain-lain. Juga merupakan bahan kayu bakar dan arang yang baik.

Kulit kayu tengar, sebagaimana kayu bakau, menghasilkan tanin yang kerap digunakan sebagai bahan penyamak kulit, dan juga bahan pewarna untuk cat.

(Referensi: https://id.wikipedia.org/wiki/Tengar)

 

 

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published.